Skip to main content

Puisi Ketika Kau Tiada

Puisi Ketika Kau Tiada
Puisi ketika kau tiada. Bergamit tangan kepal erat kukuhkan cinta Berjalan di sepanjang trotoar Cipinang Jaya hanyut dalam sungai kemesraan, aku menatap wajahmu yang pucat pasi, Tubuhmu nampaklah lemah tak berekspresi, Dua kali kau garuk jari kakimu sebelah kiri.

Pragraf diatas salah satu bait dari dua puisi bertema ketika di kesempatan kali ini, adapun masing masin judul puisinya antara lain.
  1. Puisi ketika kau tiada
  2. Puisi ketika
Bagaimana cerita dan makna di balik rangkaian bait bait kedua puisi tentang ketika tersebut, untuk selangkapnya silahkan disimak saja puisinya berikut ini.


PUISI KETIKA KAU TIADA
Karya : Ki Slamet 42

Sungguh tiada aku nyana dengan yang terjadi
Kau begitu cepat pergi menghadap Ilahi Rabi
Rasanya seperti baru kemarin kau ada di sini
Berkata kepadaku akan cinta sampailah mati

Masih mengiang di pelupuk mata ketika kita
Bergamit tangan kepal erat kukuhkan cinta
Berjalan di sepanjang trotoar Cipinang Jaya
Sepulang sekolah di SMP Negeri Lima dua

Pohon-pohon asam besar berderet berjejeran
Sapa kita lewat buah yang banyak berjatuhan
Meski timpa kepala, tapi tak sekali terasakan
Karena, kita hanyut dalam sungai kemesraan

Dan, aku menatap wajahmu yang pucat pasi
Tubuhmu nampaklah lemah tak berekspresi
Dua kali kau garuk jari kakimu sebelah kiri
Ada luka berdarah dan kau tak mau di0bati

Saat tiba di depan rumah, tubuhmu melemah
Lalu kupapah tubuhmu, ibumu sambut ramah
Sementara luka di jari kakimu terus berdarah
Masih jua tak mau kering aku jadi serba salah

Selang beberapa lama kau tak mau temui aku
Tiada mau lagi berangkat sekolah bersamaku
Aku merasa kecewa dan marahku menggebu
Sebab tak mengerti mengapa sikapmu begitu

Dalam rasa rindu yang dicekam rasa amarah
Kau berserapah hanya mau tinggal di rumah
Sebab dirudung malu kakimu tinggal sebelah
Diamputasi karena kena penyakit gula darah

Waktu pun tak terasa cepat berjalan berlalu
Kita tak pernah lagi bertatap muka bertemu
Esok harinya ada surat dari ibumu beritahu
Bahwa, kau tiada menghadap Sang Penentu

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 12 September 2015 – 11:10 WIB


Puisi Ketika
Karya : Penyair Kecil

Kalau hari sudah melenggang
Sesal pun sudah terkenang
Kalau kasih sudah diambil orang
Dagu pun menahan, bimbang

Ketika senyum dan tawa menapaki jejak lama
Tidak jejal, hanya menunggu tiba waktunya terlena
Terlena sampai hari berselendangkan syurga
Kepada sisa-sisa cinta yang tak berjelaga

Tegal, 15 Okt 2015.

Demikianlah puisi ketika kau tiada. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.