Skip to main content

Prosa Termenung Sejenak

Prosa Termenung Sejenak
Prosa termenung sejenak, termenung artinya sedang berpikir atau sedang diam diam memikirkan sesuatu hal. atau berdiam diri  sambil berpikir dalam-dalam. jadi termenung sejenak dapat dikatakan berdiam sejenak untuk memikirkan sesuatu hal, termenunga biasa juga diartikan berkhayal, atau diam sejenak memikirkan hal-hal tertentu.

Termenung sejenak, judul ini hanya kombinasi dari dua judul prosa di kesempatan ini, adapun masing masing judul prosanya antara lain.
  1. Prosa termenung
  2. Prosa ego
  3. Prosa sejenak
Bagaimana cerita dan makna di balik pragraf, ketifa prosa pendek tersebut, untuk lebih jelasnya, silahkan disimak saja berikut ini.

Termenung

Satu dua kuda berlari, makan rumput di taman menghijau. Joki bertaruh, dadu di lempar. Dapat tiga, dua cadangan.

Lomba tersiar, mendaftar si hitam. Mulai mengadu, kepalanya paling tinggi. Melompat halangan, berjarak jauh. Tinggal si putih, bersisi kaki. Melirik nakal, si hitam mengg0da. Lupa arena, si putih kalah telak.

Melambungkan joki, si hitam jumawa. Saling tertawa, hitam dan joki berpelukan. Putih merintih, mengharap pujukkan. Hitam bekedip, malam menjanjikan. Kandang pun riuh, si hitam hilang pindah ke kandang lain.

"Heran"


Ego :

Jangan melihat lima wajah, kalau satu yang di inginkan. Namun cermatilah seribu raut, maka tak setitikpun dapat memuaskan pandangan.

Selendang halus mungkin indah untuk di raba, terbelai dan membuai, saat hitam terlalu buruk di simpan jemari.

Mencukupi yang kurang dan menutup lindungan coretan arang yang memang tidak akan seindah pelangi.

"Up to you, whatever !!!"


Sejenak :

Lantunan malam melengkapi waktu, yang berjalan maju semakin larut dan tua dalam lelapnya mata-mata lelah, mengkaryakan usaha, demi menegakkan dada yang kadang ngilu terdera sebab akan akibat.

Kaki-kaki tetap sempurna dengan sepuluh jari, namun kemudaan telah berangsur ciut, menjalani hari dalam titian yang kadang gelap,terang, berbatu serta amat licin, hingga bilur-bilur tampak menjadi garis yang terang dan amat menyakitkan.

Adakah tanya untuk jera menjalani esok hari ?
Mungkinkah rasa malas meracuni hati, hingga takut lebih parah mengarungi ?

Kala pandangan melintas, pada raut-raut mungil yang teratas nama kita, penuh senyum terbuai mimpi indah, setetes air mata tak sadar melecut dan membakar kalbu, untuk lebih keras dan tangguh di arena.

Bukan mentari yang tetap panas terasa, atau malam yang dingin membekukan darah, serta hujan yang menggigilkan pori-pori, namun kelahiran dari diri yang baru, telah menjawab beban di bahu untuk di jinjing kemanapun berpetualang, sebagai tanggung jawab.

Ibu adalah kasih dan Ayah adalah sayang, anak-anak pelengkap kasih dan sayang hingga cinta tak pernah luntur hingga menutup mata.


Demikianlah prosa termenung sejenak. Simak/baca juga prosa atau puisi yang lain di blog ini, semoga prosa diatas dapat menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.