Skip to main content

Puisi Tentang Petaka

Puisi Tentang Petaka
Puisi tentang petaka. Petaka artinya bencana, kecelakaan misalnya mala petaka, berbagai bencana kecelakaan, kesengsaraan, penderitaan, dan lain sebagainya. Kata petaka mempunyai arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga kata petaka dapat menyatakan nama seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Petaka termasuk dalam ragam bahasa klasik.

Berkaitan dengan kata petaka, yang biasa juga diartikan apabila tertipu oleh pujian atau penghormatan makhluk. sehingga kita buta akan kekurangan diri, Nah dibawah ini, tiga puisi menceritakan tentang petakan, adapun masing masing judul puisinya, antara lain.
  1. Puisi kepingan petaka
  2. Puisi diri
  3. Puisi baju petaka
  4. Kwatrin Solitaire
Bagaimana cerita dan makna dari ketiga puisi yang menceritakan tentang petaka tersebut, untuk lebih jelasnya silahakn disimak saja puisinya berikut ini.

Puisi Kepingan Petaka
Oleh: Nurcahyo

Hening tak bergeming terlunta nyaring
Teriris sembilu terhimpit pelik
Dikuras kerak ampang dalam balutan selendang usang
Arung menyisir pekat semburat kelu

Usap desah sendu telakup sumsum getir qolbu
Degub mengatup cengkram alun senyap
Terpasung gelora timpali munajat raga
Congkah resah di ambang nafisah gundah

Kamboja sengkala hitam terkapar layu
Merajuk rasa gulung kerak kelam
Hati redam ditampar cacian malam
Meratapi belantara petaka
Di hamparan rimba kaldera.


PUISI DIRI
Bob Surya Putra

esok belum tiba ketika keraguan berkecamuk menghantui
ketegaran hati yang membatu tiba tiba membujur kaku tak bergerak
separuh badan mati membawa hati
separuh hati pergi mencari jati diri
kedigdayaan tak ada artinya lagi

esok baru saja akan menunggu
menunggu lonceng petaka lelaki pecundang
tidak berkaki tapi maunya berlari kencang
tidak bertangan maunya selalu mencengkram
tidak bermata tak mau dikatakan buta
tidak bermulut dikatakan bisupun meradang
tertatih kaki diri patah
tak kuasa lemah jari tangan terkulai
mata buta kabur digelap kelam
tak mampu lagi bicara ketika tak ada yang mendengarkan
tak berarti apapun diri ini lagi


Puisi Baju Petaka

Aku terbelenggu diantara kobaran api
Ku tetap diam...
Lambat laun pasti terbakar
Pilihan yang sulit buatku
Akankah harus ku terjang
Segera...
Biar aku terbakar
Atau...
Kuhirup udara kebebasan
Dari setiap pelik yang ada

farren,2015


Kwatrin Solitaire
Sahasra Bahu

Dan ketika dusta berbuah petaka,
Dan saat kebohongan berbunga duka,
Maka yang ada hanya sesal dengan air mata terseka,
Maka yang tersisa hanya kesunyian yang menghujam seketika.

Dan kesendirian adalah upah bagi sang pendusta.
Sendiri tanpa belai lembut cinta,
Sendiri bersama sesak tanpa kata.
Terhenyak berselimut isak terbata.

Yang ada hanya ruang hati yang hampa,
Yang ada hanya relung asa berhias nestapa.
Memandang malam penuh rindu menerpa,
Menerawang langit bertabur angan penuh tanpa.

Tanpa ampunan, karena tak terampuni.
Tanpa harapan, karena tak ada lagi sang Rani,
Tanpa hidup, karena tak ada lagi kehidupan tanpa tambatan nurani.
Tanpa dunia, karena tak ada lagi warna tanpa ada kasih yang murni.

Ya, seorang lelaki duduk sendiri,
Hanya bersama dirinya sendiri.
Dalam tawa ratapi diri,
Sesali kesalahan yang tak terperi.

24032015_Surabaya

Demikianlah puisi tentang petaka. Simak/baca juga puisi yang lain di blog ini, semoga menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.