Skip to main content

Puisi Pendek Kata Hati

Puisi Pendek Kata Hati
Puisi Pendek kata hati. Mungkin ada yang bertanya bagaimana sih puisi pendek itu, puisi pendek seperti yang biasa kita lihat adalah puisi yang dalam penulisan sangat singkat terkadang hanya beberapa kata saja, bisa hanya satau bait. puisi pendek biasa juga tanpa judul. biasanya langsung pada tema puisi.

Puisi pendek pun ada berbagai macam tema seperti puisi pendek tentang cinta, puisi pendek tentang hidup, dan lain lain sebagai, seringkali kita jumpai puisi pendek yang terkadang membuat penasaran, seperti namanya pendek berarti kata katanya pun juga pendek.

Dan kata hati merupakan kemampuan seseorang untuk membentuk keputusan dalam suatu permasalahan yang baik yang benar. dan yang salah  tak dibenarkan. jadi kata hati erat kaitannya dengan moral dan perbuatan.

Kata hati tak dapat ditawar sebab hanya sepintas disadari atau tak disadari, kata hati berlaku mutlak. Mutlak maksudnya.artinya tidak dapat ditawar melalui suatu pertimbangan dalam hal bentuk apapun. sebab kata hati adalah kejujuran,

Mungkin begitulah sekilas tentang kata hati, puisi pendeka kata hati tema dikesempatan ini, salah satu penggalan baitnya. "Telah kusembunyikan wajah sendu namun riap tawamu membising di otakku, Mengajak becanda berdua, Melepas kepenatan nyata, Berbagi cerita maya meski semu, jujurku mengg0da, rindu mulai memanggil,Seraya keangkuhan menahan". Selengkapnya dari bait ini, disimak saja puisinya berikut ini.

Puisi Pendek Kata Hati

Apapun dirimu
begitulah takdirmu
tetaplah menjadi dirimu sendiri
tak mengeluhkan hujan meski kau basah
tak mengeluhkan mentari meski kau terbakar oleh teriknya

Setangkai demi setangkai
Bunga mawar terangkai
Di atas jambangan indah
Sapa yang tahu akhirnya
Mekar merahnya melayu seketika
Tiada yang tahu...di kelopaknya
Terbubuhi serbuk racun pemati rasa

Belum bisa kulupa tamparan katamu
Mengoles bara taburi api
memangsaku hiduphidup
Hingga tak sehelai ampun diberi

Lunglai ragaku menangis di jiwa
Serasa tanpa busana aku terperangah
Seburuk itukah oh Dewa Petir menyambarku
Hangus menghitam tak bermuka

Ancur hatiku membaca pesanmu
Tawaku kini hambar tak bermakna bahagia
Hanya sekedar pemoles tutupi luka
Kembali kuterhujat bagai kisah lama terlahir lagi
Sakit...
Hanya pena yang menerima diri apa adanya
Yang tak sempurna penuh dosa
(Kumemanglah tak sesuci seperti mawarmawar lainmu)

Laksana bumi yang memuntahkan isi perutnya
Begitulah caraku meyakinkanmu
Nikmati duniamu...
penuh nuansa warna warni...
yang serasa tak ingin kau pergi....

Laksana bumi yang memuntahkan isi perutnya
Begitulah caraku meyakinkanmu
Nikmati duniamu...penuh nuansa warna warni...yang serasa tak ingin kau pergi....

Masih meraba makna ketulusan yang kau tawarkan
Belum lagi terasa kutersentuh
Karena terkadang ada, terkadang hilang
Atau aku yang sakit karena pernah terlalu mencinta
Aku lebih percaya akan proses
Dan proses itu ada lah perjuangan

Bermain di pulau sunyi
Mencari ketenangan
Runtuhkan keangkuhan
Berlari bergandeng kecewa
Kaki berpijak pada pasir sedih basah
Menatap tanda langkah gundah
Terjebak pada duka seketika
Terpercik air laut yang berusaha buat hati lega
Sungguh...romansamu kembali membidik tepat di ingatanku
Akan luka resah kembali memadah
Hadir...tuk kembalikan sendiriku

Hilang lagi semangat yang belum lama berkobar
Setelah sekian lama membeku dalam lara rasa sendiri
Baru sekejap kau temani hati tuk berpuisi
Mengapa ada saja celah yang menyelusup di kisi palung kalbu buatku kecewa
Puisiku bermagis memantraiku sendiri
Tentang kerinduan, kekecewaan,kesendirian di dunia yang memanglah semu ini
Pada akhirnya...maya takdirkan bhwa puisiku adalah aku...bkn sekedar imajinasi

Harum bunga kamboja wewangi bunga pusara
Kembang simbol kematian
Matinya api yang sempat menyulut di dada
Oughh...tepat sekali
Malam ini malam keramat seperti kata orang
Sekeramat suasana hatiku yang hanya ingin berteman bayangbayang tak terlihat meski untuk malam ini saja
Dan entah....tuk malammalam selanjutnya...

Telah kusembunyikan wajah sendu namun riap tawamu membising di otakku
Mengajak becanda berdua
Melepas kepenatan nyata
Berbagi cerita maya meski semu, jujurku mengg0da
Arghh...rindu mulai memanggil
Seraya keangkuhan menahan
Seberapa besar getar layak menggoyahkan
Aku terlanjur menjadi karang...
Datanglah badai, hempaskan ketegaran
Lalu...aku menjadi pasir
Mengikut di mana angin meniup


Sayang ....
Kupastikan pesonaku telah melekat di ujung penamu
Hingga di setiap larik puisimu ada aku di sana
Dengan makna...
Kau gundah karena merindu

Raut senja di waktu merenta
Tertunduk manja menyeka air mata

Selamat Pagi Duhai Engkau Sang Pejuang Cinta....
Kukatakan padamu...
Cinta itu akan lebih tulus bila diawali dengan persahabatan
Bukan dengan kesejatian mengatasnamakan kesempurnaan untuk melengkapi kekurangan yang pernah ada sebelumnya...
Aku lebih percata dengan pengertian dan melihatmu dengan jiwa...
Pun bukan karena adanya kelebihan...
tapi dengan kekurangan yang mencintai kekurangan...
Itulah menurutku sebuah kelebihan yang sempurna
Padamu....
Salam Cinta selalu
Dan selalu Penuh dengan Cinta

Kenangan itu masih di ingatan
Kesedihan ini belum berakhir
Sesak tangis menguap mendada
Panggilanmu terdengar samar melirih di telinga
Menanyakan kabarku di setiap hari
Apa kabarmu nak....

Tahukah kau ...
Andai rasa ini seperti air bah
Mungkin saat ini telah meluap genangi raga bumiku
Dan aku ....
Terhempas hanyut terbawa arus
Tak berbentuk wujud
Hanyalah tinggal kenangan nelangsa

Waktu...
Tak kusalahkan engkau memisahkanku dengan bahagia dan menoreh luka
Namun...
Bisakah sedikit saja kau tidak menampakkan luka baru di atas luka lirihku?
Mungkin ini adalah pertanyaan bodoh
Setidaknya...
Beriku jeda sedikit saja tuk berjumpa penawarmu

Bila kau tak percaya....
Pejamkan matamu
Aku saat ini tengah terbang kitari jiwamu dengan sayapku yang lucu

Bahkan ....
Ketika nyata meninggalkan duka panjang
Aku kan selalu tegar
Apalagi hanya engkau kekasih semu di dunia semuku
Aku pertaruhkan rindu jika engkau merangkak tinggalkan diri
Pergilah...
Aku tlah terbiasa sendiri
meski kau pergi dengan berlari
Dan di sini...
Kukan tetap tegap berdiri
Tiada pernah akan meminta tuk temani lagi

Lihatlah puan...
Aku menangis di atas pusara sunyi
Menanti tanah basah dengan luka duka panjang
Dan kau ....
Hanya bisa diam tak terpikir kapan pasir itu kan mengering

********

Demikianlah Puisi Pendek kata hati Simak/baca juga puisi pendek yang lain di blog ini, semoga semoga puisi kata hati dapat menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.