Skip to main content

Kumpulan Contoh Puisi Tentang Balada

Kumpulan Contoh Puisi Tentang Balada

Kumpulan puisi balada | contoh puisi balada. Puisi balada adalah puisi yang berkisah tentang hidup dan kehidupan manusia, melalui pikiran dan perasaan yang intinya budaya universal, dan tidak terikat.

Puisi balada biasa juga diartikan puisi yang mengungkapkan getaran tabir hidup dalam menggambarkan perilaku seseorang seperti contoh puisi balada yang diterbitkan ini.

Berdasarkan kamu bahasa Indonesia balada adalah sajak sederhana yang mengisahkan tentang cerita rakyat yang mengharukan, yang terkadang dinyanyikan atau disajikan dalam bentuk dialog.

Kata kata puisi balada sama dengan sajak yang umumnya berisi cerita rakyat yang mengharukan dan berbagai kisah dan cerita yang menyentuh hati.

Dan berkaitan dengan kata tentang balada puisi yang diupdate untuk kesempatan ini, merupakan kumpulan puisi balada atau puisi bertema balada, yang bisa juga menjadi contoh puisi balada kehidupan, adapun masingmasing judul puisinya antara lain:

  1. Puisi balada binatang malam
  2. Puisi balada fajar
  3. Puisi balada air laut
  4. Puisi balada pengembara

Empat koleksi puisi balada atau contoh puisi balada yang dapat menjadi contoh puisi balada bagi pembaca yang ingin menulis puisi dan syair balada


Kumpulan Contoh Puisi Tentang Balada

Bagaimana cerita dan makna puisi bertema balada yang dipublikasikan blog puisi dan kata bijak, untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja berikut ini kumpulan contoh puisi balada.


Puisi Balada Binatang Malam
Oleh: Andreas Guendeng Widjaja

Malam, dini hari..
Kunikmati sepuntung rok0k, upetiku hari ini
Menghayati sorot lampu kota yang mulai jengah menatapku, hina
Seperti biasa, sepi bersimfoni tentang elegi, juga balada
Tapi tak mengapa
Toh itu bukan tentang aku
Bukan tentang hidupku
Sebab aku yang ini terlampau tinggi untuk kau rengkuh

Kupandangi sudut trotoar..
Flyover memberikan naungannya, meski sekedar
Siluet bayangan berhamburan, bagai cuplikan film yang baru saja di pentaskan tadi siang
Netraku terpaku
Lena dalam adegan bisu
Gagu merumpun dalam saku
Jalanan nan angkuh, jejakmu hari ini
Nukilan ari telapak kaki milik anak-anak mimpi

Babak demi babak, kurenungi segenap sajak
Yang tertulis di dinding-dinding tua
Tiang listrik dan tempat sampah
Bahkan pepohonan menyimpan sejuta puisi cinta, dahulu kala
Sebelum asa seharga sebungkus mie instan
Damba tak lebih mahal dari kardus bekas, yang di jual kiloan
Dan cinta dilipat
Diikat erat
Lalu ditawarkan kepada konglomerat
Agar menjadi sesaji nikmat, tumbal pemuas aurat
Tak ada lagi ruang tersisa, untuk mereka yang terasingkan
Di bingar dunia yang terlanjur tenggelam kepada gelap peradaban

Sekejap adegan terhenti
Tanpa sadar, langkahku sampai di sini
Di sisi empati, di mana anak-anak mimpi terlelap tanpa ekspresi
Ah biarkanlah mereka memimpikan malam ini hingga puas
Sebab esok, hari akan culas
Seculas tikus-tikus yang terlelap pulas setelah mencuri beras
Dari perut mereka, yang kian hari kian setipis kertas

Aku yang masih terpaku
Tersentak kala jam berdentang memanggil subuh
Enggan langkah ini melaju, meninggalkan sekelumit malu yang menghantui kalbu
Bagaimana mungkin aku bisa lengah?
Memuja keangkuhan yang selama ini kukira dewa
Sementara rumah, tempatku merasa sempurna
Tak lebih dari penjara, bermahkotakan serakah
Oh Tuhan..
Aku memang pantas kau sebut binatang
Lupa pada muasal-MU yang penuh kasih sayang


Puisi Balada Fajar
Oleh: -Ulianisa A

Guratan surya mencalang segan dari peraduannya
Kokok jantan berkidung merdu bangunkan petang
Hiruk pikuk tanpa kikuk melepas dahaga penatnya
Gelora hasrat sibakkan burit bangunkan fajar

Renyut jantung berdenyut-denyut getarkan kehidupan
sinar kirana berpendar menyentuh kaki langit
Anasir buana menyuruk jengah sibakkan netra
Gelora asa kian berpendar jelmakan gatra

Raksi puja kesuma kian semerbak nan elok rupa
Tabir halimun kian tersibak tampakkan senyapsenyap
Seringai anak adam mustaid mereguk linang kehidupan
Sekotah insan menyoja takzim pada Pereka Cipta
Tutur syukur adiwarna jenjam fajar


Puisi Balada Air Laut
Oleh: Rsd Hamama

Di tepi pantai yang ombaknya menepi bersama matahari
hujan kuyup membasahi batu dan pasir
derai ombak menggeliat hebat
tak ada petir hanya angin laut rindu menyisir

rindu yang di larungkan pantai menuju dermaga
lambat laun kian menerpa
gemuruh ombak dan jeritan ikan
menyambut maghrib tiba
air laut seasin keringat
basah kuyup diterpa hujan

nyiur pohon kelapa
membelai bibir pantai yang dikulum ombak
deru kapal pencari ikan
pulang ke sarang

ini hari telah tiba
rindu perlahan menaiki kepala pohon
angin kencang menghantam ombak

ombakkah aku !
yang melaju balada rindu
menghantam karang dan beludru
menghentakkan kaki-kaki kapal yang pulang membawa kenangan


PUISI BALADA PENGEMBARA
Karya: Satria Panji Elfalah

Lama sebelum warna berdarah
Aku mampu melihat lukisan bernyawa
Gemulai bagai bidadari yang menyaru dalam gelap
Menjelma namun tak terjamah

Jika temaram lilin menyinari jalan kelam ini
Bagai mercusuar yang mengintip dari kabut
Akan kutemukan sungai di antara rinai hujan
Dan kujamah tepian air

Bilas cahayamu padaku
Jadilah mataku ketika netraku padam
Siram cahayamu padaku
Jadilah penuntunku agar aku bisa melihat tawa dunia

Bagai ngengat yang digiring menuju api
Saat ini aku masih sendirian
Tak ada satu jiwa pun yang mampu kusalahkan
Terbakar dalam kesendirian

Dengan setiap mutiara yang mampu kutemukan
Kubiarkan arus membawaku menuju antah berantah
Namun perlahan, diri ini akan bangkit
Menantang langit biru meski harus sendiri

Tapi bagaimana jika masa menjerujiku?
Aku hilang arah dan buta suaka sekitar
Bagaimana jika selama ini aku salah?
Di setiap persimpangan, di tiap jalan

Akankah kau tetap menjamuku?
Atau membiarkanku terjatuh
Lebih baik mencoba dan jatuh
Daripada tidak sama sekali

Kau melihat tapi tak bisa melihat
Berbicara namun tak pernah berbicara
Kau hidup tapi tak bernapas
Menyaksikan namun tak percaya

Luka yang takkan sembuh
Hati yang tak bisa merasa
Mimpi yang terlalu nyata
Pandangan sedingin besi

Aku telah mendengarkan cerita tentang kebencian dan penghinaan
Aku sudah melihat ke dalam mata kosong penuh akan kemarahan, ketakutan, dan rasa malu
Kuambil darah dari setiap batu
Dan melakukan perjalanan di setiap jalan

Saat aku melihat lampu yang jauh menerangi malam
Lalu aku akan tahu aku di rumah


Demikianlah kumpulan puisi balada atau puisi bertema balada, baca juga puisi-puisi yang lain di blog ini, semoga puisi balada yang disajikan dikesempatan ini, dapat bermanfaat dan menghibur para pembaca, tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak dan membaca puisi-puisi menarik yang kami update.