Skip to main content

Cerita Dan Puisi Kidung Sunyi Dua

Cerita Dan Puisi Kidung Sunyi Dua
Cerita Dan Puisi Kidung Sunyi | Aku masih menangis tersedu-sedu, saat Pras, Arif dan yang lainnya menemaniku. Mereka adalah sahabatku sejak semester satu, hingga kini. Aku masih terkenang dengan Mas Tam, rasanya sulit untuk melupakan dia, seakan tak ingin pindah ke lain hati, tapi... Mas Tam sudah tiada. Dua puluh hari sudah Mas Tam meninggalkanku, kenangan bersamanya masih melekat, Yaa Rabb... Bagaimana aku bisa melupakannya, pria yang sangat baik, yang aku harapkan menjadi imamku kelak dalam mengarungi bahtera rumah tangga, tangisku semakin pecah, suasana semakin pilu.

" Sudah wi, lupakan saja tentang Mas Tam, dia sudah tiada, kita doakan saja semoga Allah memberikan tempat yang terindah pada Mas Tam, Aamiin " kata Pras sambil memberikan saputangannya. Aku masih tersedu.

" Pras, mimpiku semalam sungguh nyata, Mas Tam datang padaku, dia mengatakan bahwa sangat sayang dan merindukan aku, sambil memberikan seikat mawar merah " kataku terbata-bata.

Kulihat Arif mulai menitikkan airmata juga, Arif yang mengenalkan aku dengan Mas Tam pertama kali.

" Kenapa ini harus terjadi padaku, Mas Tam sangat menyayangi dan mencintaiku, aku tak bisa memaafkan diriku Rif " kataku lagi.
" Aku masih mengingat semuanya Rif, aku belum bisa melupakannya, Rif... Ini semua salahku, salahku Rif " kataku setengah berteriak.

Pras menenangkanku, mengusap lembut kepalaku.
Aahh... Pras, andai kau tahu, pertengkaran terakhirku dengan Mas Tam itu karenamu. Mas Tam bisa membaca semua perhatianmu padaku Pras. Mas Tam sangat cemburu padamu Pras, itu karena dia sangat menyayangiku dan tak ingin kehilanganku. Aku pun tahu itu, kamu sudah beberapa kali mengungkapkan perasaanmu padaku. Pras... Andai kamu tahu...

Mas Tam, aku berada di pusaramu kini. Kidung sunyi itu masih terdengar kembali. Mas Tam, datanglah padaku walau dalam mimpi, aku juga merindukanmu Mas, gumamku setelah berdoa. Mas Tam, ini puisiku untukmu, aku persembahkan untukmu dalam buku perdanaku. Aku tahu kamu sangat suka dengan puisiku yang ini.


MAWAR TERAKHIR

Mentari, sinarnya panas menyengat
Seakan tak mau bersahabat
Ombak di lautan menghantam karang
Mereka tahu hatiku yang lara

Hitam, rembulan tak mau bersinar
Angin berputar menghempas pepohonan
Bunga layu di taman, kupu-kupu enggan menghinggap
Mereka turut berduka bersamaku

Sayang, aku datang, sapaku lembut
Ingatanku melayang, saat kita masih bersama
Tertawa riang, memadu kasih
Kini, aku terdiam di tepi pusaramu

Hanya doa suci yang terucap
Bersama seikat mawar terakhir
Untukmu, cinta abadiku
Selamat jalan sayang, tunggu aku di pintu surga

By.DewyRose.
Bkz,26.01.2016
-------------------

Demikianlah cerita dan puisi karya dari Dewi Rose. Simak/baca juga artikel yang lain kami update di blog ini, semoga menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca artkel kami. Terima kasih sudah berkunjung.