Skip to main content

# Puisi Tentang Debat Kandidat Pilkada.

# Puisi Tentang Debat Kandidat Pilkada.

Puisi tentang debat kandidat pilkada, Pilkada merupakan esensi dari pesta demokrasi yang melibatkan elemen masyarakat.

Untuk memilih dan menentukan kepala daerah sesuai dengan hati nurani dan berdasarkan visi misi kandidat, yang dilaksanakan oleh penduduk daerah administratif yang memenuhi syarat.

Pilkada juga merupakan wujud dari pendekatan politis proses serta perencanaan pembangunan. Konsep pembangunan dari pasangan calon kepala daerah dituangkan pada visi dan misi serta program kegiatan yang menjadi salah satu aspek evaluasi daya tarik masyarakat, untuk memilih kandidat

Dan berkaitan tentang pilkada puisi yang dipublikasikan puisi dan kata bijak di kesempatan adalah puisi kritik tentang kandidat pilkada.

Yang mana sebelum dilaksankan pemilihan, biasanya di gelar debat antar kandidat menyampaikan program serta visi misi dan mengajak, serta meyakin masyarakat untuk memilih pasangan tertentu.

Inilah yang jadi tema puisi yang dibahas dan diceritakan dalam bait-bait puisi kritik dengan tema puisi tentang debat kandidat pilakada.

Dan adapun masing-masing judul puisi dengan tema debat kandidat pilkada yang diterbitkan puisibijak.com antara lain:

  1. Puisi pertunjukan wayang
  2. Puisi hebat debat para kandidat

Dua contoh puisi tentang pilkada dalam bentuk puisi naratif, karya dari Ys Sunaryo, yang bisa dijadikan contoh puisi bagi pembaca yang ingin menulis puisi kritik tentang pilkada.


# Dua Puisi Tentang Debat kandidat Pilkada

Debat adalah pembahasan serta pertukaran pendapat mengenai yang tentang sesuatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.

Nah bagaimana cerita puisi dan maknanya, dari kedua puisi tentang pilkada dipublikasikan puisi dan kata bijak, untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja berikui ini.


PERTUNJUKAN WAYANG
Karya YS Sunaryo

Cetar pesta lima tahunan mulai terasa. Wayang-wayang diarak dari kotak warna-warni. Saling bertatapan menjadi lawan, dan sebagai kawan dalam perseteruan.

Para penonton masih membalut luka. Bekas tawuran di pertunjukan sebelumnya. Karena saweran kemenangan tak terbagi ke seluruh sudut panggung

Mereka saling curiga tentang siapa paling kenyang ketika banyak tubuh bergelimpangan di deretan paling belakang. Meregang lapar di pucat wajah ketakutan.

Namun di luka masih menganga mereka mesti melihat kembali pertunjukan.

Siapa dalang, di mana dalang? Wayang-wayang cekikikan. Penonton dengan sisa tenaga dibariskan. Lalu sinden mengumumkan, bahwa dalang bersembunyi di tubuh wayang-wayang; sebagai pemegang otoritas panggung-panggung didirikan.

Pertunjukanpun digelar. Penonton terbelah pandangan, karena lakon saling berlainan.

Semua mengantongi berbeda-beda harapan yang dijanjikan. Di akar perkelahian yang belum dituntaskan. Sebab wayang bergegas pulang menuju meja perencanaan: karena utang bekas dandanan pertunjukan mesti dibayar. Di teriakan penonton kembali teringat lapar.

Dari kejauhan samar-samar dalang keluar dari persembunyian. Memeluk wayang sambil membisikan tagihan. Dari peran yang disembunyikan. Panggung hilang, sampah-sampah berserakan: terbuang atau terbakar!

Bandung, 12 Maret 2018


HEBAT DEBAT PARA KANDIDAT
Karya YS Sunaryo

Hebat, debat para kandidat
Skema pemikiran tentang berjuta-juta kemiskinan dibuat pada rasamu yang tak pernah lapar

Tentang pemerataan kesempatan pendidikan di bayang sekolahmu yang tak pernah ditikam rupa-rupa bayaran

Tentang keamanan dalam jiwa ragamu yang tak pernah ketakutan
Dan tentang layanan kesehatan pada sakitmu yang belum dikelastigakan


Hebat, debat para kandidat
Di petani pucat pasi karena tak lagi punya sawah, dan kau belum merasakan
Di getir nelayan tradisional karena laut ditanami besi dan dipagari, dan kau belum menyaksikan

Di buruh-buruh pabrik yang menangis di petak kamar kontrakan, dan kau belum tahu keadaan

Dan di jutaan anak sekolah dasar yang bapaknya belum mampu beli sepatu, dan kau belum menikmati bertahun-tahun bakteri di telapak kaki

Kau selalu begitu-begitu saja
Jumpa kami di pasar-pasar, padahal kami telah lama pergi diusir harga beras membumbung tinggi
Ke makam-makam, padahal tubuh-tubuh kami belum dimakamkan

Ke masjid dan pesantren, padahal jiwa kami selalu bersama Tuhan dan belum cacat ingatan
Pidato di lapang-lapang, pada kepercayaan yang lama hilang

Silahkan, busa dihambur-hamburkan
Puaskan nasib kami dijadikan atraksi gagah pemikiran
Hebat, debat para kandidat

Bandung, 13 Maret 2018


Demikianlah dua puisi tentang debat kandidat pilkada. Simak/baca juga puisi tentang pilkada yang lain di blog ini, semoga krtik diatas dapat menghibur pembaca dari pada memikirkan para kandidat pilkada yang menbar janji-janji. Sampai jumpa pada tema puisi indah dan menarik senjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.