Skip to main content

Puisi Biar Apa, Kata Sajak Paijo

Puisi Biar Apa, Kata Sajak Paijo

Puisi dan kata bijak. Puisi biar apa, kata sajak Paijo. Kutanya pada daun itu Selamat datang debu Kan kusambut dikau Pada lusuh sapu lidiku Seberapakah hangatkah ruang meja makan di sana Atau hanya literasi akan indahnya tata ruang yang mengisi pola-pola

Biar apa kata paijo, judul ini hanya gabungan dari dua judul puisi karya Fredy yang dipublikasikan blog puisi dan kata bijak dikesemptan kali yang menceritakan hal hal tertentu sesuai dengan masing masing judul puisinya.


Dua Puisi Karya Fredi

Bagaimana kata kata puisi dalam bait-bait puis i yang ditulis oleh Fredi untuk lebih jelasnya disimak saja puisinya berikut ini


PUISI BIAR APA

Coba kutanya pada tangis pertama
Mengapa aku dilahirkan bunda
Apakah cinta
Atau hanya gores takdir yang biasa

Coba kutanya pada bulan di sana
Mengapa hanya malam ketika dikau hadir juwita
Atau rindu terlalu gebu
Atau ketakutanmu menatap matahari yang jelas-jelas gagu

Coba kutanya pada orang tua
Seberapakah hangatkah ruang meja makan di sana
Atau hanya literasi akan indahnya tata ruang yang mengisi pola-pola
Atau memang ada senyum ibu kan renyahkan cerita obrolan anak-anaknya dan teduh hangat tatap sang bapak merangkul suasana

Coba bertanya pada angin malam yang gigilnya jelas menusuk lembut kulit pelĘŚcur
Yang tertatih membawa cinta dalam kubur

Entahlah ...
Biar apa dan bagaimana
Mata bertanya diantara mata
Mata menjawab dengan diamnya
Lalu airmata
Mengurai segala yang dilaluinya
........ dalam derasnya
Desember menunggu seperti biasa
Setelah sebentar lagi kekasihnya pergi meninggalkannya
Buat apa ?!!

Heny Kusuma Dewi
Blitar, 171216


SAJAK PAIJO

Selamat datang debu
Kan kusambut dikau
Pada lusuh sapu lidiku
Pada amisnya aroma rindu

Mari kita bercerita tentang daun kecoklatan yang terhempas di tanah
Kemudian berserak dan terbiar dalam gelengnya
Dan tak satupun mata menatap seteduh cinta
Bahkan kaki yang manusia pun kejam menginjak-injaknya
Berulang kali tanpa cap dosa di mata mereka
Sedang aku dan dikau debu
Masih menyimpan kalbu
Kau taburi bergeleng-geleng daun itu agar masih saja ayu
Lalu aku kumpulkan jadi satu
Agar mereka munajatkan kebersamaan walau tiada ranting tiada akar

Dan sesekali sengal nafasku menepi
Di tepi jalan di belai manjamu debu
Aku bersumpah
Andai saja daun itu tak kecewa
Kusudahi pekerjaanku ini
Menjadi Penyapu Jalanan sejati
Dengan istri cantik dan tiga anak yang menanti
Lalu aku kan menyepi
Membaca suratan illahi

Debu, tidakkah dikau rindu
Pada deru jalanan kala itu
Dengan ku
Paijo sahabat mu

Fredi F A
Jakarta, 141216


Demikianlah puisi biar apa kata saja paijo. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.