Skip to main content

Sajak Orang-orangan Sawah | Puisi Kritik Sosial Politik

Sajak Orang-orangan Sawah | Puisi Kritik Sosial Politik

Puisi Kritik Sosial Politik | Sajak orang-orangan sawah. Sampai kapan kegaduhan di negaraku akan tersingkir ,kapan kawan sebangsa dan setanah airku berpikir bahwa hidup bukan hanya amarah dan ego yang bergulir. sama dengan orang-orangan sawah lalu apa bedanya dengan politikus yang menggerogoti sawah dan ladang menjadi tandus.

Pragraf diatas adalah salah satu penggalan bait dari dua puisi kritik sosial pemerintah yang dpublikasikan blog puisi dan kata bijak si kesempatan ini.

Adapun masing masing judul puisi kritik sosial politik di terbitkan puisi dan kata bijak antara lain.

  1. Sajak orang orangan sawah
  2. Puisi sampai kapan

Dua judul puisi kritik sosial politik membahas hal hal tertentu seperti pada masing masing judul puisinya.


Puisi kritik sosial politik

Bagaimana cerita puisi kritikan dan makna puisi sosial dalam bait puisi yang dipublikasikan puisi dan kata bijak. untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja berikut ini.


SAJAK ORANG-ORANGAN SAWAH
Heny KD

aku hanya diam
seketika hembusan angin menerpa wajah
aku cenderung tak berbuat apa-apa
saat hujan menghujani sekujurku membasah

di sudut padi yang menghijau bunting dan menguning
aku pun tak mampu menjangkau ruang kelaparan
di penjuru gang yang berdesakan hingga
sesakpun menjadi kewajaran bagi sebagian orangorang

aku buta jarak pandang menjadi sama
tak ada cahaya tak nampak lagi garis garis dan
warna yang terpapar di ujung cakrawala
aku geming pada keadaan genting
pada lacur kata pelĘŚcur
atau pada khotbah yang menyebut nama

Tuhannya untuk bersama arakan manusia menyembahNya
malah aku menganggap manusia-manusia itulah
yang menganggap dirinya manusia tapi tak
menyentuh sisi manusianya adalah sama, sama
dengan aku orang-orangan sawah

lalu apa bedanya aku dengan politikus
yang menggerogoti sawah dan ladang menjadi tandus
sedang aku diam dalam endus
begitu pun bunyi yang sepertinya misteri

aku berkoar tapi iramanya itu-itu saja
sepertinya menambah nada yang menggema di angkasa
namun seketika itu juga menghilang
setelah pilkada berlalu

terus membelah baitbait rindu
orang-orang
sedang aku orangorangan sawah membisu
bersama dewa bermain dadu

Blitar, 161016


PUISI SAMPAI KAPAN
Adelia Riski

aku rindu kabut malam yang menyelimuti jalanan...
aku rindu deru mesin yang menina bobo kan tidurku hingga sampai ketujuan...
aku juga rindu celoteh kawan seperjuangan..
kala rehat di emperan rumah makan...

aku selalu berharap ..
walau entah sampai kapan ...
fenomena ini akan berakhir...
kegaduhan di negaraku akan tersingkir..

kapan kawan sebangsa dan setanah airku berpikir...
bahwa hidup bukan hanya amarah dan ego yang bergulir...
ricuh..gaduh...kesenangan segelitir orang pembuat konsfirasi...
dan aku ..kawanku hanya mencari aman sambil menunggu kapan waktu kan berjalan...

lalu sampai kapan...
kutemukan mutiara dalam lumpur yang kelam...
kutemukan raja adil bijaksana ..tegas dan berwibawa...
mampu membawa rakyatnya hidup sejahtera...
mampu menundukan semua mata abdi negaranya..

agar berbuat baik tanpa dosa...
atau sampai Tuhan menegur kita dengan amukan alam ..
yang meluluh lantakan segala yang ada...
karena kita tak peka akan sebuah pertanda dari yang maha kuasa...


Demikianlah Sajak orang-orangan sawah . Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label suara anak negeri. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.