Skip to main content

Prosa Hujan Aku Membutuhkanmu Sekarang

Prosa Hujan Aku Membutuhkanmu Sekarang
Prosa hujan aku membutuhkanmu sekarang | Untuk yang terakhir menuliskan: Bukan menangis yang menyedihkan, namun arti dari jatuhnya air matalah yang sangat memilukan. Teramat banyak kata yang seharusnya difahami dan membacakan kisah, namun telah berbeda dengan apa yang dimengerti hingga tak satupun terpecahkan menjadi makna untuk arah maju kedepan.

Mungkin banyak pilihan yang harusnya dapat diwarnai hingga tidak selalu berlarut atau berenang dalam lautan yang diketahui tiada berujung dermaga. Namun semua andai bisa tergapai dan tergenggam, mungkin bukan sekarang atau kemaren yang terus mendasari ruang hampa. Hening bersama hujanlah yang terus menemani siang juga malam hingga sedikit menghibur lelah yang selalu letih akan capek bertarung dengan waktu.

Hanya menulisi tentang kebekuan dari tahun yang lalu hingga tahun sekarang tak sedikitpun mencairkan suasana hingga lebih hangat bernuansa. Bagai boneka tanpa rupa dan nama terus melantunkan senandung yang berirama rasa namun tidak sekalipun memahami bahwa ini putih bukan hitam yang penuh lumpur serta beraroma tidak sedap untuk penciuman.

Hujan telah membanjiri halaman rumah hingga semua basah oleh air yang terus akan naik bersama linangan yang juga memilukan karna tempat bernaungnya jiwa akan lapuk buruk serta hancur menjadi puing-puing yang tak tahu lagi bagaimana membangunnya semula. Kekokohan pondasi sudah terlalu tua untuk tetap berdiri menghadang dan menghadapi seribu badai yang lebih hebat dari hari-hari lalu.

Ini adalah hidup yang terlakoni semenjak memahami dan mengerti tiada mendapat tanpa meminta dan tidak menerima andai tiada berharga, karna bukan suara yang menjadi dialog untuk pemahaman namun gerak tanpa nada atau kasar sekalipun yang bisa diketahui berniatkan pijakkan tapak kakikah atau sekedar menulisi cakrawala.

Sudahlah !!!
Mungkin kelemahan rangkaian ini menjemukan dan membosankan tanpa warna yang selalu mendasari sipenulis waktu yang selalu menyudut di antara sisi-sisi berkabut. Garisan huruf-huruf yang termiliki telah mengabur dengan warna amat kusam hingga tak terlihat indah juga memotivasi untuk hari yang bermentari cerah. Mungkin esok atau lusa makna ini masih mewakili malam yang hitam tanpa bulan dan bintang bersinar hingga hanya temaram yang kelihatan muncul memutari waktu.

Ini akhir dari sebuah kata dalam kalimat yang mengeluh terlalu lemah dengan lelah yang amat panjang hingga hanya meratap menangisi semua kesia-siaan tanpa makna yang berarti satu bukan seribu namun selalu terbaca seribu dari jutaan yang umum menjadi tidak biasa. Milikilah semua warna yang mungkin dapat terfahami dengan arti yang lebih mudah dimengerti dan mau mengkolaborasikan antara hitam dan putih menjadi sesuatu hal yang baru untuk memulai cara penulisan berlisan tertawa dalam keramaian yang membahagiakan.

"Hujan aku membutuhkanmu sekarang....

****

Demikianlah prosa hujan aku membutuhkanmu sekarang. Simak/baca juga prosa atau puisi yang lain di blog ini, semoga prosa diatas dapat menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.