Skip to main content

Puisi Pendek Catatan Harian Seseorang

Puisi Pendek Catatan Harian Seseorang
Puisi pendek catatan harian seseorang.  Catatan hari berpungsi untuk mengingat kita, pada sesutu hal yang perlu diingat memang kita dianugerahi otak. luar biasa untuk mengingat. Namun, otak kita juga memiliki keterbatasan. Kita tidak bisa mengingat secara detil kejadian secara pasti yang sudah berlalu, dengan catatan harian yang dicatat, segalanya biasa kita ingat kembali.

Catatan harian atau diary adalah catatan kejadian yang kita alami sehari-hari. Atau tulisan pribadi yang dialami sehari hari yang umumnya di tulis untuk menjadikan suatu kenangan disuatu saat nanti. Catatan harian biasanya yang ditulis adalah tentang kejadian yang mengesankan pada hari yang dilalui dan selanjutnya. untuk mengenang suatu peristiwa yang pernah dialami

Puisi pendek catatan hati harian seseorang. tema di kesempatan ini, bagaimana catatan hariannya, untuk selengkapnya silahkan disimak saja berikut.

Puisi Pendek Catatan Harian Seseorang

Adakah menjelma bayang harap itu menjadi nyata?
Masihkah ada harap untuk sesuatu yang kucinta?
Menghiba atau menyerah?

Dadamu terlalu sempit tuk menahan rindu yang membuncah
Salurkan di relung jiwa
Agar ragamu kokoh saat rindumu terbalas bagai tsunami menghantam bumimu

Getarku seketika terhenti berdetak
Saat seketika pun tanganmu melambai pergi kacaukan benak

Aku menyesal telah mematikan rasa
Padahal ada asa nyata yang kau tawarkan di relung jiwa

Aku tahu aku rasa
Nyamanmu ada padaku
Hingga embun terserap mentari,
Kau sesali saat tak bersua diri ini

Jika memang aku pernah tenggelam maka kau ada sebagai penyelamat dan beriku nafas
Aku seperti berada di tengah lautan dan kau menarikku ketepian

Angin malam ...
Sampaikan pada rembulan
Aku belum juga terlelap
Masih menatapnya dari kejauhan

Jika boleh aku memilih
Jangan kau memilih aku
Tapi jadikan aku sebuah ketetapan

Aku bukanlah bengkel sastra
Perbaiki jiwa sepimu yang lemah
Aku hanya menawarkan sebuah mata pedang berbentuk pena
Wujud aksara puitis yang sanggup
menguatkan dan sentuh hatimu yang rapuh

Kapal itu telah lama karam
Tenggelam di lautan asing
Tinggalkan puingpuing berkarat
Remuk menjadi serpihan berkeping
Kepingkeping duka lama ..

Semua orang ingin menjadi nomer satu
Begitu pun aku ....
Tapi aku beda ....
Satu di antara seribu
Nanti kau kan pahami
Ketika kau jadikan aku sebagai yang pertama tiada terakhir
Melebihi nilai dari seribu jiwa yang ada di sekitarmu


Hiruplah udara seirama helaan napasmu
Tarik ... Hembuskan
Dengan secara perlahan
Sungguh akan terasa nikmat karena berkahNya
Begitulah kehidupan bila kau syukuri
Atas nama cinta padaNya yang telah memberimu takdir hidup
Dan proses menuju kematian yang kau rindukan
Dimana seseorang lupa ...
Bahwa dunia ini tiadalah berkekalan

Ketahuilah sayang ...
Dalam diam aku tetap berdiri
Tak setitik debu dendam yang melekat di pori
Begitu pun asa yang tiada lagi terpatri..

Bila merasai kesungguhan kata hati
Maka yakinilah walau seribu dusta mengelabui

Makhluk tak berakal saja saling beseteru, apalagi kita manusia yang berakal.
Bukan terkadang orang yang beseteru dikatakan tidak punya akal.
Mengapa? Karena dengan akal itulah kita manusia saling mempertahankan keakuan tentang apa yang terpikir oleh akal.
Terjadinya ketidakseimbangan antara emosi dan akal kita
Begitu pun bila bicara tentang tali dan cinta. Tali saja yang nyata berfungsi sebagai pengikat bisa putus.
Apalagi hanya cinta tiada ikatan yang bersifat abstrak, tanpa ada definisi pasti tentangnya.

Apapun dirimu
begitulah takdirmu
tetaplah menjadi dirimu sendiri
tak mengeluhkan hujan meski kau basah
tak mengeluhkan mentari meski kau terbakar oleh teriknya

Setangkai demi setangkai
Bunga mawar terangkai
Di atas jambangan indah
Sapa yang tahu akhirnya
Mekar merahnya melayu seketika
Tiada yang tahu...di kelopaknya
Terbubuhi serbuk racun pemati rasa

Rintik hujan perlahan turun
Bersama nyanyian nelangsa
Di iringi cacian sama masa lalu
Musim selalu saja tiada terkira
Mengawang pada ejaan sendiri
Cuaca, terlalu dini tuk terbaca

Oh Tuhan ...
Tak bergeser hati memujaMu
Meski seluruh makhlukMu memakiku
Sungguh aku tlah terbiasa
Namun aku wanita lemah
Tak kuasa ... hatiku pun nelangsa


Terimaksih sudah menyimak puisi pendek catatan harian dari sesesorang. Baca juga puisi puisi yang ada di blog ini yang selalu kami update. apa bila ingin mengulangi membaca puisi penden dari sesorang. mulai dari awal atau kembali ke bagian yang pertama. Terima kasih sudah menyempatkan waktunya menyimak/ membaca catatan harian ini.