Skip to main content

Puisi Tentang Negeriku Indonesia

Puisi Tentang Negeriku Indonesia
Puisi tentang negeriku indonesia. Negeriku Indonesia. Sebuah Negara yang terdiri dari berbagai perbedaan, ragam budaya, serta kekayaan alam yg berlimpah. akan tetapi, ironisnya, bangsa sendiri tak meyadari bila negara ini kaya. Mereka (masyarakat elit) terkadang menyepelekan Negaranya sendiri, dan mengagungkan Negara lain.
Puisi Tentang Negeriku Indonesia

Pemerintahan berusaha membentuk Indonesia lebih baik. tetapi, sayangnya masih saja terdapat pihak-pihak yg punya hati busuk, contoh koruptor yg bukannya bekerja dengan hati kepada Indonesia, akan tetapi mereka mengorbankan Indonesia untuk pribadi semata. jabatan hanya kedok menguras pundi pundi rupiah lalu memperkaya diri, hasil korupsi di simpan diluar negari agar tak ketahuan

Negeriku indonesia negeriku menangis pejabat tidak lagi memprioritaskan rakya yang memilihnya. hanya mementingan perutnya sendiri  tanpa perduli warga kecil yg makan saja tak bisa genap tiga kali. sungguh tegah tega mengambil hak mereka buat menggendutkan rekening pribadi.

Marilah warga negeriku tercinta ikut andil mencegah/menjaga terjadinya korupsi. menjaga Negeri kita ini kita untuk anak cucu nanti, menjaga kekayaan alam indonesi supaya tidak dijual ke pihak asing.

Puisi Tentang Negeriku Indonesia

Berkaitan dengan kata negeriku di bawah ini puisi tentang negeriku  indpnesia atau puisi yang mencerikan kejadian atau peristiwa dalam negeri. tentang carut marut suasana yang mendera negeri ini, adapun masing masing judul puisinya antara lain.
  1. Puisi tentang Negeriku
  2. Puisi negeri birʌhi
  3. Puisi negeriku menangis
  4. Puisi terkoyak
  5. Puisi kidung negeri onʌni
  6. Puisi peringatan
Bagaimana cerita di balik rangkaian bait bait keempat puisi tentang negeriku indonesia, unut lebih jelas dan selengkapnya silahkan disimak saja puisinya berikut ini.


Puisi Tentang Negeriku
Oleh: Retno Indrarsih Soerono

Satu nusa satu bangsa
Haruskah satu bahasa
Sebab rasa tak selalu sama
Dan rambut pun tak selalu hitam

Satu nusa satu bangsa
Tak harus selalu seragam
Perbedaan menjadikan pelangi
Yang membentang setelah hujan

Satu nusa satu bangsa
Dengan berbagai keragaman
Berdiri di bumi Indonesia
Bersama kibarkan bendera


PUISI NEGERI BIRɅHI
PUISI NDABLEG-NDUGAL-MBELING: RATMAYA URIP

Tatkala negeri sedang disandera b!rahi
Maka yang lahir adalah lib-i-d0 kuasa dan nʌfsu duniawi
Untuk selalu korupsi dan memasung kreasi
Menyisakan sampah ‘tuk menjadi sumpah serapah
Silang pendapat dan omong kosong tak ada arah apalagi denah
Menggoyang kursi ‘tuk selalu goyah
Meski tak ada yang mau menyerah kalah
Apalagi pasrah

Tatkala hati anak negeri tengah dilibas hakikinya sepi dan ngeri
Di belantara caci maki yang membahana dari para wakilnya yang “hanya” politisi
Bukannya negarawan yang tak pernah sepi berpikir negeri
Namun tak berkesempatan mencicipi kursi

Tetap saja hari-hari kebak caci maki
Sumpah serapah tak bisa diseruak meski sejenak
Maka maklumlah jika untuk negeri hanya menyisakan dukana
Karena pemegang mandat suara lebih suka pada cara merajut kuasa
Mencʋmbu dosa-dosa
Bukannya membangun jelata merungkas papa yang penuh nestapa
Karena benaknya penuh punagi tentang hidup bergelimang harta, wanita dan tahta
Meski mulutnya berbusa tentang negeri yang adil makmur dan sejahtera
Meski sebenarnya tanpa hati
Karena semuanya itu baka
Yang enggan bertabik pada fana
Dalam rimbunnya belantara jelata yang renta
Jelata yang tak berkesempatan ‘tuk menabung asa apalagi menggapai cita

Tatkala benak negeri tengah dikoyak mimpi
Maka yang ada hanyalah omong kosong tentang damai, adil dan makmurnya negeri
Atau kidung tentang negeri gemah ripah loh jinawi

Sementara jika hati negeri sedang dijajah libid0
Maka kehendak hanyalah mengusung celoteh menco atau beo

Hari-hari yang menapaki warsa kini menggelegarkan maki-maki
Yang penuh amarah dan benci
Sumpah serapah tak ada henti
Saling jegal membenarkan diri
Meski semua tak ada yang dapat dimengerti
Karena memang tak ada arti apalagi hakiki

B!rahi kuasa, libid0 tahta, mewabah di era reformasi
Mata air bagi suburnya perilaku tak terpuji
Dan bagi matinya nurani dan harga diri
Karena telah menafikan jalan Yang Maha Mengetahui

Kursi tinggi dan b!rahi di seluruh ranah negeri
Telah menolak santun dan rendah hati ‘tuk dibagi
Kecuali korupsi yang tergopoh ‘tuk dinikmati
Semua mau menangnya sendiri dan menjadi milik pribadi
Itulah negeri yang sedang b!rahi

Semua seolah mengatasnamakan negeri
Meski ‘ku pasti itu adalah negeri yang ada di perutnya sendiri

Sidoarjo, 20 Mei 2011

puisi-tentang-negeriku-jilid-dua


PUISI NEGERIKU MENANGIS

Wahai kau nyi ajeng berkutil dipipi…
Kau tarungkan dua ksatria wayang benteng negeri ini…
Kau beri pedang lalu kau buat jadi banteng bermata merah tanpa hati…
Sang wayangpun hancur dan mati…

Wahai kau nyi ajeng berkutil dipipi…
Tak ingatkah saat para sang baka bernyanyi tentang ibu pertiwi ??...
Para priyayi yang selalu berkarung goni ???...
Dimana nurani sang dewi kartini saat ini…

Wahai kau nyi ajeng berkutil dipipi…
Kau selalu bercerita seolah kau adalah sang dewi sri…
Padahal banyak yang tak memiliki nasi…
Terlantar diantara dua trotoar yang akhirnyapun mati…

Wahai kau nyi ajeng berkutil dipipi…
Kharismamu tak semegah yang mengetik narasi bangsa ini…
Kebodohan orang pintar menjadi boneka terikat tali…
Semakin brʋtal merajalela hancurkan bangsa ini…

(030315)


PUISI TERKOYAK
OLEH :SIAMIR MARULAFAU

kutak sanggup lagi menggenggam mentari
di kala laut di negeriku memanas
mencuapkan buih sampai ke p@ntai yang tak berpilar

butir butir pasir pun tak sanggup lagi terbang
meskipun anginnya kencang
tak akan terhempas dilanda duka politik berkepanjangan

seiring manusia pojok memojokkan dalam dunia fana
demi kekuasaan yang tak habis habisnya
dikoyak sampai tinta di atas kain kanvas tak akan terbaca lagi

meskipun gelombang laut menggulung jiwa
insan tak akan puas mencabik cabik kursi sampai bergulir
di jalan tak bertuan

wahai insan...
sadarlah ....
dunia semakin menggila
akan jabatan demi perut sejengkal
rela dan tega menginjak injak telapak kakiku
...kutancapkan di atas bumi Tuhan
di saat dikau porak porandakan harapan masa lalu
sangat kecewa...

sm/26/03/2015@siamir


PUISI KIDUNG NEGERI ONɅNI
Puisi Ndableg-Ndugal-Kenthir-Nakal-Gila-Sableng-Mbeling: Ratmaya Urip

Konon jika tak ada lagi insani peduli
Dan tak ada lagi bahagia ‘tuk dibagi
Atau tak ada lagi nyanyi sunyi tentang manusiawi
Apalagi menyantap indahnya pelangi di rintik hujan pagi
Dan malah menghardik kidung paksi yang beriring ke cakrawala senja yang kebak sari
Atau tak hendak bertabik pada nurani
Karena hanya peduli pada hari-hari untuk selalu korupsi
Atau ketagihan ‘tuk p@ntat duduk di kursi tinggi
Kompetisi rakus menumpuk harta diri yang tanpa harga diri
Meski itu milik negeri !
Sementara gubug reyot mewabah di seluruh negeri
Dan tak ada lagi nasi untuk berbagi gizi
Tak ada lagi bagi jalan Yang Maha Mengetahui
Maka negeri sedang ona ni

Konon jika negeri sedang onʌni
Memuaskan diri dalam nafsu hewani itu sudah pasti
Tak ada peka yang pekat
Semua hanya nʌfsu duniawi yang bᥱjat penuh rekayasa jahat
Beranak-pinak menabur pesona diri dengan pikat dan sepaket pukat
Pawai nafsu menebar jerat
Memukat dosa yang selalu mendekat
Dan tak ingin ada t0bat
Apalagi tak rindu hasrat menabung akhirat

Konon dalam negeri yang sedang onʌni
Semua yang adil menjadi basi
Yang benar terpancung eksekusi
Yang munafik menjadi raja
Yang berkuasa adalah paksa dan dosa-dosa
Dan tak peduli pada doa pada yang Kuasa
Dalam, meniti masa

Konon dalam negeri yang sedang onʌni
Kemakmuran menjadi jera
Kedamaian menjadi renta
Kejayaan menjadi papa
Yang jujur menjadi baka
Yang culas menabur fana
Karena semua syahwat dunia
Libido harta, angkara tahta, dan b!rahi kuasa
Tak ada damainya surga
Ataukan karena itu azab dan siksa Yang Maha Kuasa
Karena telah bermanja pada dukana


PUISI PERINGATAN

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!.

(Wiji Thukul, 1986)
-----------

Demikianlah Puisi tentang negeriku indonesia. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi tentang indonesia di atas dapat menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.