Skip to main content

PUISI TELITI

PUISI TELITI
Puisi teliti. Teliti merupakan sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan serta pelafalan yg sama tetapi maknanya berbeda. Teliti mempunyai arti dalam kelas adjektiva atau adjektiva sehingga teliti dapat mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. jadi arti teliti jika mengandung adjektiva berarti cermat; saksama / hati-hati; ingat-ingat

Teliti merupakan sebuah kata yang mengajarkan tentang kesabaran serta kehatian di dalam bersikap, bergitupun hal dalam puisi, puisi teliti arti puisi yang bijaksana yang dapat di katakan memberikan gambaran tentang ketilitian agar diakhir dalam hal yang dilakukan tak membuat kecewa.

Puisi tentang teliti

Memang ketiga puisi yang diupdate ini, bukan semua judul kata teliti namun dalam bait baitnya terkandung kata tentang teliti, dan adpun masing masing judul puisinya diantaranya.
  1. Puisi aku tak sempurna
  2. Puisi teliti
  3. Puisi Kusaksikan Rindu itu Dengan Kedua Mataku
Bagaimana puisi dan maknanya dari ketika puisi tersebut, untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja puisinya berikut ini.


Puisi Aku tak Sempurna

Coba teliti lagi
Dimana kesalahan mu
Karena mereka terus merongrong memintamu sempurna

Air mengucur deras..
Ku basuh seluruh dengan wudhu
Tak henti kalimat ilahi membasahi bibirku

Dan tetap saja
Mereka berteriak memintaku sempurna

Akankah Aku harus bersayap seperti malaikat
Dan Tinggal di surga...


Puisi teliti

Boleh dikatakan dengan jeli
Telaten penuh kehati-hatian
Satu demi satu tiada terlewati
Melangkah dengan pasti

Telitilah mengerjakan sesuatu
Pengecekan di ulang sewaktu waktu
Agar berjalan sesuai keinginanmu
Kepuasan tercapai dengan langkah jitu

Telitilah sebelum membeli
Agar tidak kecewa di kemudian hari
Karena barang di beli tak boleh kembali
Maka teliti itu adalah langkah pasti


Kusaksikan Rindu itu Dengan Kedua Mataku
Oleh:Kiara

Aku melihat rindu meringkuk di sudut mata dengan kilaunya yang sebening embun. Diam-diam mengecup kuncup melati sebelum mekar menakar setiap titik cahaya, perlahan menjalar liar ke seluruh tubuh dan membakarnya menjadi uap diterbangkan angin yang kelewat ingin memusnahkannya.

Sempat juga kudengar engkau menggerutu. "Cinta semisal apakah yang hanya melahirkan siksa?' Dalam kandungan setiap rahim sunyi tak tersetubuhi sua. Duka cenderung lebih mengada--ada di ruang paling lapang (hati) kemudian tinggal berlama-lama sebegitu betahnya di sana.

Bahkan ketika tunduk mewujud kikuk di kedua lipatan kaki, masih jua sepi itu tak terganti. Oleh sekedar bisik atau pendar suar dari sisa cahaya tempo hari. Gelap menilap menjadi gagap yang lengkap, di dadamu.

Hingga engkau menyebutnya biru. Sedikit berdenyut dan setengah ngilu ingatanmu mencatat waktu sedemikian teliti, lalu meletakkan namanya di ulu hati.
Memastikan ia abadi di sana meski kelak tiada lagi sua.

Sedang dia barangkali menyebutnya merah. Seperti garis takdir yang melintang di telapak kiri, serupa buntu sebuah jalan dan tak bisa dilewati meski oleh sekedar pesan dari anak mata yang rindu pertemuan.

Atau,
Entahlah. Semua hanya kubaca dari cerita tatapanmu yang sederhana.

Apa barangkali aku salah menafsirkan?
-----

Begitulah kira-kita tentang puisi teliti, baca juga puisi puisi yang lain yang ada di blog ini, Simak/baca juga puisi yang lain di blog ini, semoga menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.