Skip to main content

Prosa Satu atau Seribukah Wajahmu

Prosa Satu atau Seribukah Wajahmu
Prosa satu atau Seribukah Wajahmu | Aku tidak sekalipun mengerti raut yang kau berikan ini, merupa dan mewarna seenaknya hingga begitu amat sulit untuk kufahami yang mana dan darimana harus kubaca semua rasa yang kau bingkiskan.

Kadang kau dingin sampai membeku seperti air hujan yang lebat hingga semua basah dan tergenang hingga tak ada lagi tempat kering untuk berlindung dan menghindar dari curahan yang sangat hebat membanjiri persada. Menangis itulah mendung dari kabut yang kau berikan hingga histeris dan berteriak lantang akan kegilaan yang meracuni dasar jiwa. Atau seperti mentari yang hangat atau panas menyengat hingga terasa akan hangus seluruh pori-pori dengan berjuta gelisah bergairah atau terpanggang hingga akhirnya lebur mencair menjadi satu dalam busana kebesaranmu yang tak dapat kupungkiri menyenanginya walau akan terlihat sangatlah bodoh.

Aku selalu berduka dengan hati yang benar-benar patah karenamu, berlinang serta terpuruk akan kesedihan yang amatlah sangat dalam. Namun juga bisa tertawa ceria dan bahagia, walau tak begitu senang yang dirasakan oleh sedikit belaianmu yang amatlah kikir untuk memperlihatkan bahwa kau juga ada memberi perhatian dengan seribu nuansa yang sulit dan amat rumit aku selami.

Aku teramat suka menulis tentangmu karena kaulah yang mencerdaskan diriku untuk merangkai, mencintaimu adalah anugerah yang kudapat dan tidak akan mungkin pudar selama aku masih mempunyai banyak kata yang akan kucipta dan kukaryakan tentangmu dan selamanya tentang kharismamu.

Seperti awal yang selalu membuatku terpukau akan birunya yang indah dan tetap indah buat mataku, begitulah dirimu mendasari arti dalam tiap langkah yang menemani bayanganku sendiri diwaktu pagi siang dan malam. Aku memang sekumpulan sepi yang sunyi dengan hening yang mewarnai, namun dirimu adalah panas hujan dingin dan gairah yang selalu berhembus pada tiap-tiap helai lembaran yang kucoret ini.

Aku tak pernah melihat yang mana raut sesungguhnya dirimu, namun aku juga tak pernah percaya mengapa kini akupun telah menjadi sekumpulan beribu kata yang selalu menyematkan namamu di mana dan kapanpun aku ingin atau harus menulis. Mungkinkah kau dihamparan cakrawala atau senja yang memerah, namun saat hujan akupun melihat dirimu menari-nari bersama rerumputan hingga dalam gelap malam hanya sosokmu lah yang terukir di antara taburan kerlipnya bintang yang berdansa dengan semilir angin.


28032016
Wind Night

Demikianlah Prosa Satu atau Seribukah Wajahmu Simak/baca juga prosa atau puisi yang lain di blog ini, semoga prosa diatas dapat menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.