Skip to main content

Puisi Di Ranah Rantau | Puisi Anak Rantau

Puisi Di Ranah Rantau | Puisi Anak Rantau
Puisi di ranah rantau | Puisi anak rantau Pengertian rantau adalah, di luar dari daerah tempat kelahiran, kata rantau kependekan dari kata merantau yang artinya pergi jauh untuk mencari penghidupan, atau pergi kekampung orang untuk mencari penghidupan. dan puisi kali ini menceritakan tentang rantau, yang umumnya biasa kita jumpai seperti puisi anak rantau, jerit hati anak rantau, kisah sedih anak rantau dan lain sebagainya, tapi kali ini ini di ranah rantau artinya berada di perantauan.

Di ranah rantau satau dari dua puisi campuran di kesempatan ini, adapaun masing masing judul puisinya, antara lain.
  • Puisi cerita mas di rantau
  • Puisi broken Home
  • Puisi di ranah rantau
Salah satau penggalan bait dari kedua puisi tersebut. "  Demi masa depan kutinggalkan mereka yang kucinta dan sayangi Ayah Ibu, keluarga, dan pujaan hati kini nun seberang sana. Hanya mampu bersua dan silahturahmi lewat suara saja untuk mencoba merasakannya". Selengkapnya dari bait ini, disimak saja puisinya berikut ini.

Puisi Cerita Mas di Rantau
Oleh: Yos Darma

Teduh wajahnya bersahaja
Membasah asam keringat usaha
Tetap tersenyum walau penat menjamah
Menutur cerita bahasa sederhana

Wajah manis dan si mungil di rumah
Kuat di benak bentengi dari godaan
Mengawali cerita janji sumpahnya
Di sana ada kepingan doa mengawal

Jarak tak jadi alasan melupa keluarga
Waktu adalah usaha pahala baginya
Hasrat cita menanam kuat di ingatan
Di sana tergambar kekuatan tekadnya

Sunyi di rantau tak membuat lupa diri
Candaan banci kerap menghujani
Sindiran munafik hanya dia senyumi
Di sana kebesaran hatinya sering diuji

Mas lelaki rantau penyuka kopi
Falsafah kopinya kental dalam hari
Menyeruput kopi dan bertutur lirih
Mas berusaha mencari ridha Illahi


Puisi Broken Home
-Karno-

Seakan langit ikut menangis
Merasakan hati yg teriris
Yang benar tak pernah dicintai
Dari dini hingga kini,sepi

Menghiasi waktu yg tak bewarna
Tentang ikatan yg terputus
Kemana pegangan erat menggenggam
Layaknya sebuah keluarga yg utuh

Dan tak pernah ada pelukan
Hangatnya diri oleh pertengkeran
Tanpa akhir ku mendengar caci
Rasa benci menatap kehidupan

Untuk apa ku berada di bumi
Tak ada yg melihat untuk mencoba merasakannya
Apa adanya aku seperti angin
Tak ada bentuk dan rupanya


Puisi Di Ranah Rantau
Oleh : Redi Maechosa

Tabuh beduk bertalu-talu bersahut-sahutan.
Takbir dikumandangkan merdu lagi syahdu di telinga.
Lantang terdengar hingga menusuk ke dalam kalbu.
Buatku teringat akan suasana kampung halaman.

Hatiku begitu terenyuh lantunkan takbir agungkan Illahi.
Tiada ku sadari air mata mengalir di sudut mata
Merenungi diri yang rayakan lebaran sendiri di ranah orangm
Mencoba tabahkan hati demi cita dan cinta.

Selepas sholat ku lihat orang beduyun-duyun kesana kemari.
Anak silih berganti sungkem mohon maaf pada orang tua.
Yang muda bersanje jalin silahturahmi ke rumah sanak family.
Buat rinduku kian menebal pada rumah tercinta.

Demi masa depan kutinggalkan mereka yang kucinta dan sayangi.
Ayah Ibu, keluarga, dan pujaan hati kini nun seberang sana.
Hanya mampu bersua dan silahturahmi lewat suara saja.
Diiringi oleh tetes air mata kerinduan yang mendalam.
------


Demikianlah puisi di ranah rantau. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label puisi religi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.