Skip to main content

Puisi Aku Katakan Pada Bulan

Puisi Aku Katakan Pada Bulan
Puisi aku katakan pada bulan. Jika melihat kalimata ini dapat di katakan berlebihan, sama seperti sebuah lagu, kalo bulan bisa ngomog, secara logika tak akan bisa tapi itulah sastra kita kiasan adalah pemanis dari maksud yang di ucapkan.

Ketika berbicara tentang bulan maka yang terlintasa adalah malam, karena sebenar memang bulan terlihat terang ketiga malam, itulah mengapa terkadang dalam puisi sering kita menjumpai kata kata bulan atau puisi berjudul bulan, seperti puisi di kesempatan ini.

Aku katakan pada bulan, salah satu dari tiga puisi kali ini, adapun masing masing judul puisinya antara lain.
  • Puisi aku katakan pada bulan
  • Puisi bulan
  • Puisi akulah penantang sombong.
Salah satu penggalan baot dari ketiga puisinya tersebut. "tentang semua rinduku harapku Semakin jauh deruh menembus waktu Tak satupun kemenangan dapat kusentuh.Dalam sepi mencekam, Kusulam hatiku berajut namamuKu ikat cintamu dihamparan rasa yang mendalam". Selengkapnya dari bait ini, disimak saja puisinya berikut ini.

Puisi Aku Katakan Pada Bulan

Semilir menyapa begitu lembutnya
sorak air laut memecah hening
bias cahaya rembulan
bak kerlap-kerlip lampu terang
begitu ramai sungguh ku rasa malamku
senyatanya,,, aku tetaplah aku
diatas perahu
dengan gayuh yg tak lagi
menyapa samudera

aku tetaplah aku
ku katakan itu pada rembulan
dan ku katakan pula
tentang semua rinduku
tentang semua harapku
tentang semua dan semua

Bulan,,,,
tak perlu ku teriakkan
engkau pastilah tau
Bulan,,,,
dimata yg masih terbuka ini
di nadi yg masih berdenyut ini
di nafas yg masih bertaʋtan ini
biarlah aku menikmati indahmu
karunia Ilahi pemilik segala kuasa

akankah ku temukan rinduku ?
akankah ku dapatkan harapku ?
biarlah waktu menyibak misteri ini

-Shefty-


PUISI BULAN

Akulah sang bulan
Kau genggam dan selalu kau pandang
Kau sanjung di ambang malam
Kau kenang di sepanjang siang

Tak terkata buaianmu
Mengayun hatiku
Melambungkan anganku
Kau puja lembutnya cahya bulan...

Bulan perindumu
Bulan permatamu
Bulan penyejuk hatimu
Bulan pelipur laramu

Kutemanimu sepanjang malam
Dalam sepi nan mencekam
Kusulam hatiku berajut namamu
Ku ikat cintamu dihamparan rasa yang mendalam

Aku tak ragu cintamu
Dan tlah bertahun menyatu
Namun tak ku sangka rindumu
Berpagut di fajar yang mendayu

Kasih bulanmu merajuk
Berselimut mendung menghitam
Karna waktu tlah menjadi jawab ucapmu
Bulanpun tinggal sepenggal sabit

Kasih..kini bulan merana
Menyendiri dan kecewa
Berilah satu jawab dari tanya sang bulan
Bila slama ini bulan yang kau cinta.. ,,,,mengapa matahari yang kau pilih..

Trianayana
Bengkulu,29/11


Puisi Akulah Penantang Sombong

Semakin jauh deruh menembus waktu.
Tak satupun kemenangan dapat kusentuh.
Mega menghitam.
Mengguyur luka lebam terhantam.
Wahai angin malam..
Aku bukan mereka yang mampu bertahan.
Aku rapuh menyongsong hari kedepan.
Tinta hitam, pekat mengalahkan kegelapan.
Dan disanalah aku kembali tertahan.

Duhai semburat fajar..
Aku bukanlah mereka yang kuat menggenggam.
Karena libasan pedang kembali menghujam.
Akulah penantang sombong yang tertikam.
Dan darah penyesalan mengalir membungkam.

Duhai..
Dekaplah sang pengasih penyayang.
Tengoklah betapa pecundang.
Tangan dan kaki yang kau pinjamkan.
Menangis dan laknat mereka panjatkan.

Duhai..
Rengkuhlah sang penunjuk keselamatan.
Lihatlah betapa memalukan.
Mata dan telinga yang kau pasrahkan.
Kotor dan busuk penuh penghianatan.
--------------


Demikianlah puisi aku katakan pada bulan. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.