Skip to main content

Puisi Bumiku Menangis | Puisi Lingkungan Alam

Puisi Bumiku Menangis | Puisi Lingkungan Alam
Puisi bumiku menangis | Puisi lingkungan alam. Pengertian bumi adalah planet ketiga dari Matahari yg merupakan planet terpadat serta terbesar kelima dari delapan planet didalam Tata Surya. Bumi juga merupakan planet terbesar dari empat planet kebumian Tata Surya. Bumi terkadang disebut dengan dunia atau Planet Biru

Bumiku menangis merupakan satu dari tiga puisi tentang bumi atau puisi lingkungan alam yang diupdate untuk kesempatan ini, adapun masing masing judul puisinya antara lain.
  1. Puisi tangisan bumiku
  2. Puisi kelu di perut bumi
  3. Puisi bumiku menagis
  4. Puisi bumi bijak
Salah satu penggalan bait dari ketiga puisi bumi tersebut. "Jiwa ini Sakral tak beraga Saat kebekuan tafakur diri Sejuta petaka menjelma dosa purba Bumi menangis Ladang yang dulu hijau sudah menjadi gedung megah,Sawah dulu sejuk,sekarang menjadi perumahan mewah kelu Terpasung dalam rongga perut bumi". Selengkapnya dari bait ini disimak saja puisinya berikut ini.

Puisi Bumiku menangis
Reamant Ganesha

Ladang yang dulu hijau,sekarang sudah menjadi gedung megah,
Sawah yang dulu sejuk,sekarang sudah menjadi perumahan mewah,
Dan di situ,tempatku dulu bermain sepak bola bersama teman-teman,sekarang sudah menjadi tempat pusat perbelanjaan.
Semuanya sekarang sudah berubah...

Udara tidak sesejuk dulu lagi,asap asap kendaraan bertebaran di udara,
Manusia berlalu lalang dengan gengsinya masing masing,
Tidak ada lagi manusia sederhana yang hidup apadanya,
Dan malam ini,biarkan sejenak aku menatap langit,
Biarkan sejenak aku bernostalgia dengannya,

Karena langit tidak pernah berubah,
Masih sama dengan bulannya yang bundar,
Dan awan yang tenang di sekelilinganya,seakan menyeret ingatanku kembali beberapa tahun lalu,
Saat aku masih kecil,
Saat aku merebahkan tubuh mungilku di teras rumah sederhana beralaskan tikar,

Angin yang dingin seperti menimangku,
Dan perlahan mata ini terlelap di pelukan alam.
Aku bersyukur pernah menikmati masa kecil bersama "alam".


PUISI TANGISAN BUMIKU

Dunia kian tua
Oleh tingkah polah manusia
Tak peduli ada duka
Tak peduli ada derita

Alam kian sengsara
Manusia sudah tidak takut dosa
Hanya ambisi nafsu durjana
Mencabik cabik alam semesta

Adidaya saling berlomba
Menunjuk taring sok kuasa
Tak pedulikan akibatnya

Bumi menangis karenanya
Bagaimana kelak anak cucunya
Akan mewarisi bumi yang kian renta

Des'14


PUISI KELU (di perut) BUMI

Keringnya
Retakkan ulu hati
Sepenggal kata tanpa raga
Ada yang tersirat sarat termaknai

Jiwa ini
Sakral tak beraga
Saat kebekuan tafakur diri
Sejuta petaka menjelma dosa purba

Episode di hilir mati
Pada ketukan hampa suara
Nyawa bertanya di sudut sepi
Pada kelam mengguncang malam gulita

Ruh kelain dimensi
Tubuh membiru dalam kelu
Terpasung dalam rongga perut bumi
Terbujur kaku menunggu di lintasan waktu

Aku beranikan diri
Dalam kelu aku ingin bertemu
Menyelam ke dalam samudera misteri
Di gugusan bintang bulan matahari mencariMu

@indrads_Bandung21022015


PUISI BUMI BIJAK

Waktu beraurora warna warna semak
Senja bermuara di ufuk barat menyibak
Pelangi pamerkan mewah lengkung mengayak

Bumi berpijak tempat sandaran henyak
Nyaman berlenggok tarian hari semenak
Sajak ibu baris pertiwi bertidung beliak

Nyaris paksa duri duri bertanduk onak
Pasir debu melansir bisu jejak
Parau suara sumbang melagu biak

Bumi bijak seolah tak kenal pasak
Tiang penopang tumbuh hidup layak
Derita riak basuh peluh dimata ibu, anak

J.S 221214
-------------

Demikianlah puisi bumiku menangis. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label puisi alam. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.