Skip to main content

Puisi Ayah Dan Ibunda

Puisi Ayah Dan Ibunda
Puisi Ayah dan ibunda. Pengertian ayah adalah orang tua pria seorang anak. Tergantung hubungannya dengan sang anak, seorang ayah dapat dikenal sebagai ayah kandung (ayah secara biologis) atau ayah angkat. Panggilan Ayah juga diberikan diberikan kepada seseorang yang secara de facto (pada kenyataannya atau fakta ) bertanggung jawab memelihara seorang anak meskipun antar keduanya tidak terdapat buhungan yang resmi.

Dan bunda adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melewati hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, ibu/bunda mempunyai peranan yang penting sekali dalam membesarkan ank-anaknya,

Berkaitan dengan kata tentang ayah dan ibunda. puisi yang diupdate kali ini adalah puisi ayah dan ibu, yang tentunya meceritakan dan membahasa tentag ayah dan ibu.

Tiga puisi tentang ayah dan ibu

Sudah lumrah dalam dunia puisi bahwa puisi ayah dan puisi ibu merupakan rangkain kata kata indah yang menceritakan tentan ayah dan ibu, begitupun puisi ayah dan ibu yang diupdate ini, adapun masing masing judul puisinya antara lain
  1. Puisi ayah
  2. Puisi ibunda
  3. Sepeucuk surat dari ayah dan ibu
Bagaimana cerita ayah dan ibu dari tiga koleksi puisi tentang kedua orang tua tersebut, untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja puisi ayah dan ibu berikut ini.


Puisi Ayah
Karya: Satria Panji Elfalah

Terlahir ke dunia ..
Dipeluk orang tua ..
Ditimang kala ku rewel manja ..
Disayang kala ku lepas tertawa ..

Teringat dahulu ..
Pasar malam di malam minggu ..
Ayah menggendongku di pundaknya hanya tuk membiarkanku melihat sirkus sederhana ..
Tawa lepasku, ketakjubanku dan senyumku membawa senyum bahagia ..

Permen kapas di genggaman kanan, es serut di tangan kanan ..
Bak jajanan wajib kala pasar malam berkunjung ke desa ..
Riuh pengunjung di tiap-tiap atraksi yang disuguhkan ..
Bahagiaku tak terperi dan tak dinyana ..

Kini ku beranjak dᥱwasa ..
Pasar malam pun tak lagi ku sambangi karena kuliahku ..
Ayahku pun sudah tidak muda untuk dapat kuajak kesana ..
Di rantau ini, hanya doa dan beberapa lembar rupiah yang mampu ku berikan padamu ..

Hanya satu pintaku ..
Tuk memandang laut biru ..
Berdampingan dengan ayahku ..
Dibawah naungan langit biru ..


Puisi Ibunda
Satria Panji Elfalah 

Paras ayu tertempa usia dan jerit jiwa ..
Kulit kencang kini berkeriput dimakan senja ..
Langkah tegas kini goyah dipeluk renta ..
Namun sinar mata dan kasih sayangmu tetaplah sama ..

Ibunda ..
Hanya sekali ku melihatmu bahagia kala ku menangis tersedu sedan ..
Kala itu tubuhku masih merah darah muda ..
Maut mengetuk di muka pintu kala kau mengejan ..

Teringat kala seperempat malam ku terjaga ..
Ku kira engkau tengah terlelap dipeluk mimpi dalam peraduan ..
Tetapi, yang ku lihat adalah jiwa ragamu yang tengah bersujud kepada-Nya ..
memohon doa untuk orang yang engkau cinta, anakmu yang rupawan ..

Engkau rela hanya menikmati lauk sederhana demi menyisihkan rupiah demi masa depanku ..
Banting tulang bersama ayahanda mencari penghidupan di tanah dan langitmu ..
Acap kali engkau pulang dengan langkah gontai dan kaku ..
Namun selalu engkau sempatkan tersenyum padaku, anakmu ..

Ibunda ..
Ampunan dan maaf selalu terucap kala tubuh nista ini belum bisa membahagiakanmu ..
Ibunda ..
Tetaplah tersenyum dalam hidupku, doakan anakmu yang akan selalu berusaha membuat bahagiamu ..


SEPUCUK SURAT DARI AYAH DAN IBU
Oleh: NN

Anakku...
Ketika aku semakin tua...
aku berharap kamu memahami dan
memiliki kesabaran untukku.

Suatu ketika aku memecahkan piring, atau
menumpahkan sup di atas meja,
karena penglihatanku berkurang,
aku harap kamu tidak memarahiku.
Orang tua itu sensitif...selalu merasa bersalah
saat kamu berteriak.

Ketika pendengaranku semakin memburuk,
dan aku tidak bisa mendengar
apa yang kamu katakan,
aku harap kamu tidak memanggilku "Tuli!"
Mohon ulangi apa yang kamu katakan
atau menuliskannya.
Maaf, anakku... aku semakin tua.

Ketika lututku mulai lemah, aku harap
kamu memiliki kesabaran untuk
membantuku bangun seperti bagaimana
aku selalu membantu kamu saat kamu masih kecil,
untuk belajar berjalan.
Aku mohon, jangan bosan denganku.

Ketika aku terus mengulangi apa yang ku katakan,
seperti kaset rusak...aku harap kamu mau sabar
dan terus mendengarkan aku.
Mohon jangan mengejekku, atau
bosan mendengarkanku.

Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil
dan kamu ingin sebuah balon?
Kamu mengulangi apa yang kamu mau
berulang-ulang sampai kamu mendapatkan
apa yang kamu inginkan.

Maafkan juga bauku...
tercium seperti orang yang sudah tua renta.
Aku mohon jangan memaksaku untuk
mandi dgn air yg dingin krn tubuhku lemah.....
Orang tua mudah sakit karena
mereka rentan terhadap dingin.

Aku harap aku tidak terlihat kotor bagimu...
Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil?
Aku selalu mengejar-ngejar kamu...
karena kamu tidak ingin mandi.

Aku harap kamu bisa bersabar denganku,
ketika aku selalu rewel karena ini semua
bagian dari menjadi tua...
kamu akan mengerti ketika kamu tua nanti.

Dan jika kamu memiliki waktu luang,
aku harap kita bisa berbicara bahkan
untuk beberapa menit...

Aku selalu sendiri sepanjang waktu dan
tidak memiliki seorang pun untuk diajak bicara
aku tahu kamu sibuk dengan pekerjaan...

Bahkan jika kamu tidak tertarik dengan ceritaku,
aku mohon berikan aku waktu untuk bersamamu...

Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil?
Aku selalu mendengarkan apapun
yang kamu ceritakan tentang mainanmu.

Ketika saatnya tiba...dan aku
hanya bisa terbaring, sakit dan sakit...
aku harap kamu memiliki kesabaran
untuk merawatku.

MAAF.......
kalau aku sengaja mengompol
atau membuat berantakan.
Aku berharap kamu memiliki
kesabaran untuk merawatku,
selama beberapa saat terakhir dalam hidupku
aku mungkin tidak akan bertahan lebih lama lagi.

Ketika waktu kematianku datang
aku harap kamu memegang tanganku dan memberikanku kekuatan untuk
menghadapi kematian.

Dan jangan khawatir, ketika aku
bertemu dengan Sang Pencipta...
aku akan berbisik pada-Nya
untuk selalu memberikan
berkah padamu karena kamu
mencintai, ibu dan ayahmu...

Terima kasih atas segala perhatianmu, nak...
Kami mencintaimu dengan kasih yang berlimpah...


Demikianlah puisi Ayah ibunda. Baca juga puisi puisi yang lain karya Satria Panji Elfalah yang ada di blog ini.  Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya, bila menurut anda menarik... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label puisi ayah dan ibu. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.